Entah ada angin apa, yang membuat anakmu ini
akhirnya berani menulis tentangmu. Tentang lelaki pertama yang aku cintai dari
dunia terkecil yang beberapa orang sebut dengan rumah. Dari sekian banyak kata
yang ada di dunia, aku hanya ingin meminjam dua kata saja untuk mewakili rasa
bersyukurku memilikimu. Terima kasih.
Terima kasih untuk memberi nama Lintang padaku,
beserta seluruh doa agar aku bisa bersanding dengan bintang di langit. Sungguh,
aku sangat menyukai nama itu. Tapi maaf, ketika bintangmu ini belum bersinar
seperti yang kau impikan. Saat aku kecil, setiap tengah malam aku merengek
sangat keras dan engkau mengendongku keluar rumah, berkeliling perumahan kita.
Tetangga selalu saja bicara, “Ronda lagi mas? Setiap malem ngeronda bareng
anak ya mas? Hahaha.” Andai dulu bicaraku sudah lancar, mungkin aku akan
bilang “Ayooo bapak jalan lagi, jalan lagi, ayolaaaah ngobrol mulu nih.”
Kenyataannya, aku lebih memilih tidur daripada mendengar basa-basi pembicaraan
orang dewasa saat itu. Hahahaaha Sampai saat ini, aku masih sangat menyukai
malam. Begitu menyukainya.
Sewaktu Kelas VI SD, aku tertabrak mobil dan
berguling-guling di aspal. Ternyata, rasanya lumayan sakit. Beruntungnya, aku masih
bisa berjalan sampai kerumah dengan bantuan seorang teman. Aku memohon kepada
mama agar tidak memberitahumu. Sayangnya, goresan di wajah tidak bisa ditutupi.
Maaf, untuk berkali-kali membuatmu khawatir. Bahkan enam bulan berikutnya, kamu
tanpa lelah membawaku berobat. Terima kasih, karena selalu ada. Haruskah aku
juga berterima kasih pada motor WIN milik kantormu yang juga selalu ada?
“Masa keluar SMA, itu emang yang paling sulit.”
katamu dahulu. Hampir setiap
hari kamu berucap, aku akan baik jika masuk AMG. Namun hasil tes sudah di depan
mata, dan aku tidak lolos. Wajahmu kecewa, aku meminta maaf dan menangis
sepanjang hari. Esok hari, kamu menyemangatiku “Rapopo tang.” Akhirnya
aku bisa menyongsong rencana selanjutnya, SBMPTN dan UM AKA. Selepas subuh kamu
mengantarku jauh ke kota sebelah untuk SBMPTN, bersama satu adikmu. Katanya
kamu takut diperjalanan motormu mogok, dan aku telat ke tempat tes. Makanya, kita
berangkat bertiga. Terima kasih, untuk tidak pernah tidak mengutamakanku. Walau
tetap tidak sepadan, semoga lulusnya aku dengan cumlaude di AKA bisa sedikit
mengobati kecewamu. Maaf.
Kerja di Yogyakarta, meninggalkan rumah
tersayang di Sukabumi. Berpikir semua akan baik-baik saja. Tapi malah
kebalikannya. Cobaan besar, yang tidak terpikirkan ternyata sudah menunggu kita
disini. Tapi tetap kamulah sosok yang paling bisa melindungi. Ketika mama dan
kakak menangis, aku diam bukan berarti “Lintang paling tegar” seperti
katamu. Hanya saja, tenagaku tidak cukup untuk menangis. Aku pikir lebih baik
dipakai untuk menyeduh kopi atau mie ayam bawang kesukaanmu. Di masa datang, entah
cobaan apa lagi yang akan datang. Aku berharap, tetap masih bisa bepegangan
pada pundakmu. Melihat senyum sederhana milikmu. Alhamdulillah, sungguh
bersyukur aku memilikimu seutuhnya. Dari dalam hati, ingin mengutarakan maaf dan
sebuah ucapan lain untukmu. Terima kasih.
Kelak, aku ingin bertemu dengan dirimu yang
lain, dan menjadikannya bapak dari anak-anakku.
No comments:
Post a Comment
Hello, Pengyoumen~
I'd like to say thank you for visit my little blog, read my notes. Hope we can be friend although we aren't face to face. Please enjoy. If any question or comment you want me know, write here (^.^)/
Teman-teman sebangsa dan setanah air~
Kalau kalian ada pertanyaan yang masih terpendam dalam hati, tentang blog mini milikku atau ingin lebih tahu tentang dunia mandarin lovers. silahkan tulis disini. <(~,^)/
-
Don't forget to write your name,
Tinggalkan namamu, buat arsip. Hehehee~