Dua puluh tiga hari setelah kepergianmu, air mata masih saja jatuh menyadari aku tak akan memelukmu, mendengar suaramu, menerima senyumanmu lagi. Aku tidak menyangka bahwa tulisanku tentangmu _Bapak akan menjadi salah satu penyesalanku padamu. Untuk apa merangkai kata indah, jika pada akhirnya aku tidak sempat menyatakan secara langsung betapa dalam rasa sayangku padamu. Seharusnya, aku segera memaksamu untuk membaca itu. Walau tidak mewah, setidaknya itu bisa menjadi kado terakhir dariku.